Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Praktikum Sabun Cream Lemon Pink

pada lomba Temu Kimia (open lab) yang diadakan di UNJ pada bulan oktober 2011 kemaren, gue dan adik-adik kelas gue ( Khilal dan Fiazka ) turut berpartisipasi dalam lomba tersebut, dan alhamdulillah berkat kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak, kami meraih juara 2. kami sungguh nggak menyangka hal tersebut. dan sekarang, ane mau ngeposting praktikum yang kami lakukan. :)

a. Alat
• Gelas kimia1 buah
• Tabung Reaksi 1 buah
• Gelas Ukur 7 buah
• Gelas ukuran cc
• Spatula/sendok 2-4 buah
• Wadah plastic 1 buah
• Masker (jika perlu)
• Sarung tangan


b Bahan
• NaOH (Natrium Hidroksida/Soda api) 12,5 gr
• H2O (air matang) 150 cc
• ABS (Alkyl Benzene Sulfonate) 150 gr
• Pewarna (pewarna warna merah muda/pink) secukupnya
• Sari lemon secukupnya
• CMC ( Carbocyl Mettyl Calycus Celolose) 7,5 gr
• Soda ask 25 gr
• STPP (Sodium Tripoli Pospat) 12,5 gr
• CaCO3 ( Kalsium Carbonat) 12,5 gr

pastikan sebelum melakukan praktikum kita memakai alat keselamatan kerja di laboratorium, yaitu baju lab ( jas lab), sarung tangan dan masker.

Cara Kerja
1. CMC dilarutkan dengan ABS, diaduk sampai senyawa kental yang dibuat dalam wadah plastik.
2. Diwadah yang lain, larutkan NaOH, STPP ,Soda ask, dan pewarna dalam air (H2O), kemudian aduk secepatnya hingga merata dalam waktu ± 5 menit.
3. Setelah merata, campurkan larutan NaOH, STTP, Soda ask dan pewarna tersebut dalam wadah yang berisi ABS dan CMC.
4. Kemudian aduk bahan-bahan tersebut hingga busanya naik.
5. Jika bahan-bahan tersebut sudah lembut, tambahkan CaCO3 sedikit demi sedikit.
6. Aduk hingga mengental dan campurkan sari lemon.
7. Aduk hingga merata.
8. Kemudian diamkan selama beberapa menit hingga bahan tersebut mengental


simple kan.. so, bagi kalian yang ingin nyoba, selamat mencoba ;)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

all about of Sabun

Sabun adalah salah satu jenis deterjen yang bisa membersihkan kotoran berminyak dan menjadi bagian dari kelompok yang disebut surfaktan. Sabun yang dimaksud disini adalah produk campuran garam natrium dengan asam stearat, palmitat, dan oleat yang berisi sedikit komponen asam miristat dan laurat. Sabun merupakan kosmetik pembersih paling tua, sudah sejak berabad-abad yang silam. Umumnya masyarakat berpendapat sabun dan deterjen merupakan hal yang berbeda, bahkan banyak yang mengatakan bahwa sabun adalah lawan dari deterjen. Berbeda dengan pendapat ahli kimia, sabun atau berbagai macam sediaan pembersih kulit modern, baik berbentuk batang (bar), cair (liquid), atau bubuk (powder), adalah deterjen.

Peranan sabun, baik itu sabun mandi ataupun sabun cuci sudah menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan manusia karena setiap hari semua orang mencuci dan mandi. Bagi orang awam, sabun adalah bahan yang digunakan sebaga pembersih kotoran dan salah satu contohnya adalah deterjen. Sebagai salah satu jenis bahan pembersih, deterjen merupakan buah kemajuan teknologi yang memanfaatkan bahan kimia dari hasil samping penyulingan minyak bumi, ditambah dengan bahan kimia lainnya seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. Pada sekitar tahun 1960-an, deterjen generasi awal muncul menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) yang memiliki kemampuan menghasilkan busa yang pada waktu itu bahkan sampai sekarang diyakini memiliki peranan untuk menghilangkan kotoran secara efektif. Namun dari beberapa penelitian, disimpulkan bahwa ABS justru cenderung bersifat sebagai pencemar karena sifatnya yang sulit diurai oleh mikroorganisme di permukaan tanah. Akhirnya diketemukan senyawa baru yang lebih ramah lingkungan dan memiliki tingkat efektifitas yg lebih tinggi untuk menghilangkan kotoran, yaitu LAS.

Di sebagian besar negara di dunia, terutama negara maju, penggunaan ABS telah dilarang dan harus diganti dengan LAS. Hal ini dikarenakan sifat ABS tadi yang cenderung kurang ramah terhadap lingkungan. Sedangkan di Indonesia, peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada. Beberapa alasan masih digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain karena harganya murah, kestabilannya dalam bentuk krim/pasta dan busanya melimpah. Adanya busa yang melimpah inilah yang diyakini banyak pihak sebagai penyebab keengganan pihak produsen sabun untuk beralih bahan baku dari ABS menjadi LAS. Hal ini cukup lumrah dikarenakan masyarakat Indonesia yang lebih percaya bahwa semakin banyak busa yang dihasilkan, hasil cucian akan semakin bersih. Padahal yang terjadi justru sebaliknya. Opini yang sengaja dibentuk bahwa busa yang melimpah menunjukkan daya kerja deterjen adalah menyesatkan. Jadi, proses pencucian tidak bergantung ada atau tidaknya busa atau sedikit dan banyaknya busa yang dihasilkan. Kemampuan daya pembersih deterjen ini dapat ditingkatkan jika cucian dipanaskan karena daya kerja enzim dan pemutih akan efektif. Tetapi, mencuci dengan air panas akan menyebabkan warna pakaian memudar. Jadi untuk pakaian berwarna, sebaiknya jangan menggunakan air hangat/panas. Hal itu hanya akal-akalan dari pihak produsen karena dengan begitu mereka akan tetap bisa memproduksi sabun dengan bahan baku yang relatif lebih murah. Jadi bisa disimpulkan bahwa efektifitas suatu sabun/ deterjan bukan bergantung dari seberapa besar busa yang dihasilkan.

Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut :

Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang termasuk bahan kimia organik. Ia memiliki rantai kimia yang sulit didegradasi (diuraikan) alam. Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan, atau istilah teknisnya, ia berfungsi sebagai emulsifier, bahan pengemulsi.. Zat kimia ini bersifat toksik (beracun) bila dihirup, diserap melalui kulit atau termakan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
• Anionik :
• Alkyl Benzene Sulfonate (ABS)
• Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
• Alpha Olein Sulfonate (AOS)
• Kationik : Garam Ammonium
• Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
• Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
Builder. Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
• Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
• Asetat :
• Nitril Tri Acetate (NTA)
• Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
• Silikat : Zeolit
• Sitrat : Asam Sitrat

Filler. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contohnya Sodium sulfat.

Aditif. Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contohnya Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perayaan tahun baru tak lengkap rasanya jika tak ada kembang api. Hal ini membuat perayaan tahun baru jadi meriah karna warna yang dihasilkan begitu menarik. Tapi, tahu kah anda warna tersebut berasal dari senyawa apa?? Berikut penjelasannya... :)

Membuat warna warni kembang api bukanlah suatu usaha yang mudah. Hal tersebut memerlukan pertimbangan baik dari segi seni dan juga aplikasi ilmu fisika. Cahaya yang dikeluarkan oleh kembang api secara umum memerlukan zat penghasil oksigen, bahan bakar, pengikat (binder), dan bahan Membuat warna warni kembang api bukanlah suatu usaha yang mudah. Hal tersebut memerlukan pertimbangan baik dari segi seni dan juga aplikasi ilmu fisika. Cahaya yang dikeluarkan oleh kembang api secara umum memerlukan zat penghasil oksigen, bahan bakar, pengikat (binder), dan bahan penghasil warna. Ada dua mekanisme utama pembentukan warna dalam kembang api, yaitu incandescence dan luminescence.


Incandescence adalah cahaya yang dihasilkan dari proses pemanasan. Proses tersebut akan menyebabkan suatu bahan menjadi panas dan menyala. Pada awalnya akan mengeluarkan cahaya inframerah, kemudian berubah menjadi merah, oranye, kuning, dan putih. Perubahan-perubahan warna tersebut terjadi seiiring dengan bertambah panasnya suatu bahan. Jika suhu kembang api dapat dikontrol, nyala dari komponen atau bahan, misalnya arang, dapat dimanipulasi menjadi warna yang kita inginkan. Logam-logam seperti aluminium, magnesium, dan titanium terbakar dengan nyala yang sangat terang sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan suhu kembang api yang pada akhirnya dapat menghasilkan perubahan perubahan warna cahaya kembang api yang sangat menarik.

Luminiscence adalah cahaya yang dihasilkan menggunakan sumber energi selain panas. Kadang-kadang luminescence disebut juga dengan cahaya dingin karena ia dapat terjadi pada suhu ruang bahkan pada suhu yang lebih rendah. Untuk menghasilkan luminescence, energi diserap oleh elektron suatu atom atau molekul. Hal tersebut menyebabkan elektron berada dalam keadaan tereksitasi dan tidak stabil. Kemudian, ketika elektron kembali ke energi yang lebih rendah, ia akan melepas energi dalam bentuk foton (cahaya). Energi foton tersebut akan menentukan panjang gelombang atau cahaya di keluarkan.

Kadang-kadang senyawaan gram yang diperlukan untuk menghasilkan warna yang diinginkan tidak stabil pada kondisi tertentu. Barium klorida, yang biasanya dipakai untuk menghasilkan warna hijau, tidak stabil pada suhu ruang. Untuk mengatasi hal tersebut, barium harus dikombinasikan dengan senyawa yang lebih stabil, misalnya klorin. Dalam hal ini, klorin dilepaskan ke dalam panas untuk kemudian bereaksi dengan barium sehingga membentuk barium klorida yang menghasilkan warna hijau. Sebaliknya tembaga klorida (biru) tidak stabil pada suhu tinggi sehingga kembang api perlu didesain untuk tidak terlalu panas tetapi cukup terang untuk di lihat.

Kualitas
Kualitas warna kembang api ditentukan oleh kemurnian bahan yang dipakai. Semakin murni bahannya, maka akan semakin baik pula warna warni yang dihasilkan. Gangguan dari garam natrium (kuning-orange) walaupun dalam jumlah yang kecil, dapat mengalahkan warna lain yang diharapkan. Komposisi bahan-bahan yang dipakai untuk membuat kembang api juga perlu diperhatikan agar tidak menghasilkan terlalu banyak asap yang dapat menutupi warna-warni yg dipancarkan. Tentu juga secara ekonomi, harga-harga bahan akan mempengaruhi kualitas kembang api juga. Skill pembuatnya dan waktu/kapan kembang api tersebut dibuat akan sangat berpengaruh besar terhadap hasil akhir kembang api.

Beberapa contoh senyawa penghasil warna kembang api tertera pada tabel di bawah ini:

Warna Senyawa
Merah garam-garam stronsium dan litium
litium karbonat = merah
stronsium karbonat = merah terang
Orange garam-gram kalsium
kalsium klorida
kalsium sulfat
Kuning - Emas incandescence besi-karbon, arang
Kuning Senyawaan natrium
natrium nitrat
kriolit (Na3AlF6)
Putih neon magnesium , aluminium, barium oksida
Hijau Senyawa barium + klorin
Biru Senyawaan tembaga + klorin
tembaga asetoarsenit = biru
tembaga klorida = biru pirus
Ungu campuran senyawa-senyawa stronsium (merah) dengan tembaga (biru)
Perak pembakaran aluminium, titanium, atau magnesium powder
Tabel Sumber Warna Pada Kembang Api

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS